Latar Belakang Reformasi 1998
Kerusuhan Mei 1998 adalah kerusuhan yang terjadi di
Indonesia pada 13 Mei-15 Mei 1998, khususnya di Ibu Kota Jakarta namun juga
terjadi di beberapa daerah lain. Kerusuhan ini diawali oleh Ekonomi Indonesia
mulai goyah pada awal 1998, yang terpengaruh oleh krisis finansial Asia
sepanjang 1997 – 1999. Mahasiswa pun melakukan aksi demonstrasi besar-besaran
ke gedung DPR/MPR, termasuk mahasiswa Universitas Trisakti.
Dengan banyaknya aksi demonstrasi, membuat aparat
keamanan kewalahan dan bertindak keras terhadap aksi tersebut. Akibatnya
bentrokan antara mahasiswa dan aparat keamanan tidak dapat dicegah. Pada
tanggal 12 Mei 1996 mahasiswa berdemonstrasi di Universitas Trisakti. Aksi
damai tersebut berubah menjadi insiden bentrokan dengan aparat ketika mahasiswa
ingin melakukan long march menuju gedung DPR/MPR.
Mereka melakukan aksi damai dari kampus Trisakti menuju
Gedung Nusantara pada pukul 12.30. Namun aksi mereka dihambat oleh blokade dari
Polri dan militer datang kemudian. Beberapa mahasiswa mencoba bernegosiasi
dengan pihak Polri.
Akhirnya, pada pukul 5.15 sore hari, para mahasiswa bergerak
mundur, diikuti bergerak majunya aparat keamanan. Aparat keamanan pun mulai
menembakkan peluru ke arah mahasiswa. Para mahasiswa panik dan bercerai berai,
sebagian besar berlindung di universitas Trisakti. Namun aparat keamanan terus
melakukan penembakan. Korban pun berjatuhan, dan dilarikan ke RS Sumber Waras.
Akibat adanya desakan dari para mahasiswa dan masyarakat,
serta mempertimbangkan kepentingan bangsa dan negara, pada tanggal 21 Mei 1998
pukul 19.06 WIB Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya dari posisi
presiden Republik Indonesia. Bertempat di Credential Room, Istana Negara
Jakarta dengan disaksikan oleh Mahkamah Agung.
Pengalihan kekuasaan setelah mundurnya Presiden Soeharto
Soeharto mengakhiri jabatannya sebagai Presiden RI. Naskah pengunduran diri Presiden Soeharto ditulis oleh Yusril Ihza Mahendra dengan judul "Pernyataan Berhenti Sebagai Presiden RI".
Segera setelah Soeharto mengundurkan diri, Mahkamah Agung mengambil sumpah Baharuddin Jusuf Habibie sebagai presiden yang sebelumnya menjabat sebagai wakil presiden.
Pengalihan kekuasaan setelah mundurnya Presiden Soeharto
Soeharto mengakhiri jabatannya sebagai Presiden RI. Naskah pengunduran diri Presiden Soeharto ditulis oleh Yusril Ihza Mahendra dengan judul "Pernyataan Berhenti Sebagai Presiden RI".
Segera setelah Soeharto mengundurkan diri, Mahkamah Agung mengambil sumpah Baharuddin Jusuf Habibie sebagai presiden yang sebelumnya menjabat sebagai wakil presiden.
Dalam insiden tersebut empat mahasiswa tewas dan puluhan
lainnya mengalami luka-luka. Empat mahasiswa tersebut adalah : Elang Mulya
Lesmana, Hafidhin Royan, Hendriawan Sie, dan Heri Hartanto. Mereka mendapat
gelar Pahlawan Reformasi.
Kronologi reformasi 1998
5 Maret 1998
Dua puluh mahasiswa Universitas Indonesia mendatangi Gedung
DPR/MPR untuk menyatakan penolakan terhadap pidato pertanggungjawaban presiden
yang disampaikan pada Sidang Umum MPR dan menyerahkan agenda reformasi
nasional. Mereka diterima Fraksi ABRI
11 Maret 1998
Soeharto dan BJ Habibie disumpah menjadi Presiden dan Wakil
Presiden
14 Maret 1998
Soeharto mengumumkan kabinet baru yang dinamai Kabinet
Pembangunan VII.
15 April 1998
Soeharto meminta mahasiswa mengakhiri protes dan kembali ke
kampus karena sepanjang bulan ini mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi
swasta dan negeri melakukan berunjukrasa menuntut dilakukannya reformasi
politik.
18 April 1998
Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima ABRI Jendral Purn.
Wiranto dan 14 menteri Kabinet Pembangunan VII mengadakan dialog dengan
mahasiswa di Pekan Raya Jakarta namun cukup banyak perwakilan mahasiswa dari
berbagai perguruan tinggi yang menolak dialog tersebut.
1 Mei 1998
Soeharto melalui Menteri Dalam Negeri Hartono dan Menteri
Penerangan Alwi Dachlan mengatakan bahwa reformasi baru bisa dimulai
tahun 2003.
2 Mei 1998
Pernyataan itu diralat dan kemudian dinyatakan bahwa
Soeharto mengatakan reformasi bisa dilakukan sejak sekarang (tahun 1998-red).
4 Mei 1998
Mahasiswa di Medan, Bandung dan Yogyakarta menyambut
kenaikan harga bahan bakar minyak ( 2 Mei 1998 ) dengan demonstrasi besar-
besaran. Demonstrasi itu berubah menjadi kerusuhan saat para demonstran
terlibat bentrok dengan petugas keamanan. Di Universitas Pasundan Bandung,
misalnya, 16 mahasiswa luka akibat bentrokan tersebut.
5 Mei 1998
Demonstrasi mahasiswa besar – besaran terjadi di Medan yang
berujung pada kerusuhan.
9 Mei 1998
Soeharto berangkat ke Kairo, Mesir untuk menghadiri
pertemuan KTT G -15. Ini merupakan lawatan terakhirnya keluar negeri
sebagai Presiden RI.
12 Mei 1998
Aparat keamanan menembak empat mahasiswa Trisakti yang
berdemonstrasi secara damai. Keempat mahasiswa tersebut ditembak saat
berada di halaman kampus.
13 Mei 1998
Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta, Bogor,
Tangerang, dan Bekasi datang ke Kampus Trisakti untuk menyatakan duka cita.
Kegiatan itu diwarnai kerusuhan.
14 Mei 1998
Soeharto seperti dikutip koran, mengatakan bersedia
mengundurkan diri jika rakyat menginginkan. Ia mengatakan itu di depan
masyarakat Indonesia di Kairo. Sementara itu kerusuhan dan penjarahan terjadi
di beberapa pusat perbelanjaan di Jabotabek seperti Supermarket Hero, Super
Indo, Makro, Goro, Ramayana dan Borobudur. Beberapa dari bagunan pusat
perbelanjaan itu dirusak dan dibakar. Sekitar 500 orang meninggaldunia akibat
kebakaran yang terjadi selama kerusuhan terjadi.
15 Mei 1998
Soeharto tiba di Indonesia setelah memperpendek kunjungannya
di Kairo. Ia membantah telah mengatakan bersedia mengundurkan diri.
Suasana Jakarta masih mencekam. Toko – toko banyak di tutup. Sebagian warga pun
masih takut keluar rumah.
16 Mei 1998
Warga asing berbondong – bondong kembali ke negeri mereka.
Suasana di Jabotabek masih mencekam.
19 Mei 1998
Soeharto memanggil sembilan tokoh Islam seperti Nurcholis
Madjid, Abdurachman Wahid, Malik Fajar, dan KH Ali Yafie. Dalam pertemuan yang
berlangsung selama hampir 2,5 jam (molor dari rencana semula yang hanya 30
menit) itu para tokoh membeberkan situasi terakhir, dimana eleman masyarakat
dan mahasiswa tetap menginginkan Soeharto mundur.
Permintaan tersebut ditolak Soeharto. Ia lalu mengajukan
pembentukan Komite Reformasi. Pada saat itu Soeharto menegaskan bahwa ia tak
mau dipilih lagi menjadi presiden. Namun hal itu tidak mampu meredam aksi
massa, mahasiswa yang datang ke Gedung MPR untuk berunjukrasa semakin banyak.
Sementara itu Amien Rais mengajak massa mendatangi Lapangan
Monumen Nasional untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional.
20 Mei 1998
Jalur jalan menuju Lapangan Monumen Nasional diblokade
petugas dengan pagar kawat berduri untuk mencegah massa masuk ke komplek
Monumen Nasional namun pengerahan massa tak jadi dilakukan. Pada dinihari Amien
Rais meminta massa tak datang ke Lapangan Monumen Nasional karena ia khawatir
kegiatan itu akan menelan korban jiwa. Sementara ribuan mahasiswa tetap
bertahan dan semakin banyak berdatangan ke gedung MPR / DPR. Mereka terus
mendesak agar Soeharto mundur.
21 Mei 1998
Di Istana Merdeka, Kamis, pukul 09.05 Soeharto mengumumkan
mundur dari kursi Presiden dan BJ. Habibie disumpah menjadi Presiden RI ketiga.
Sumber :
http://www.sejarah-negara.com/2014/04/kronologi-reformasi-indonesia-tahun-1998.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Tragedi_Trisakti
Comments
Post a Comment